Index Issues Links Contact About Us

AKU BUKAN PUNK

Padahal, aku punya lebih banyak bacaan punk (setelah aku kenal dengan punk tentunya---thank's Ka) dibanding bacaan lainnya

Malah sekarang aku kebanyakan nongkong sama anak-anak punk, atau sobatan sama punk, dibanding anak metal yang jadi imejku karena news letter yang kutulis itu melulu metal isinya.

Aku bukan tidak suka punk mentah-mentah, juga suka punk mentah-mentah.

Terus terang, dulu aku memang tidak suka yang segala yang berbau punk, meskipun aku sudah mengenal musik underground sudah lama. Alasanku, karena gaya dan dandanan anak punk yang aku nilai rese banget, musiknya tidak karu-karuan. Tidak seperti anak metal yang mungkin dandanannya serem, tapi adem-ayem aja. Mabok juga nggak pernah ribut. Ini�ini dari yang aku kenal.

Jadi anak punk nya norak dan rese, anak death metalnya keren. Meskipun musiknya juga hingar bingar. Tapi lebih cocok di telingaku ketimbang musik punk. Sampai sekarang pun aku jarang sekali dengar lagu punk. Paling dengar kalau teman-teman punk ku manggung. Sejauh ini band punk yang aku tahu hanya Rancid dan Bad Religion. Aku dengar Bad Religion waktu temanku bawa kaset itu ke rumahku. Rancid? Aku sama sekali tidak pernah dengar Rancid. Aku cuma punya baju merah hadiah dari temanku yang gambarnya Rancid.

Yang kutahu juga kalau punk itu identik dengan politik. Sesuatu yang tidak aku sukai. Ha�mesti banyak yang protes. Tapi aku berhak donk menyatakan kalau aku tidak suka politik. Kendati hidup itu sendiri politik. Politik ku cuma sampai segitu. Secara kasar aku tidak suka politik karena politik yang kutahu harus kotor dan licik. Aku tidak suka. Itu saja�.

Trus ada teman yang ngenalin aku sama punk, dan bilang kalau punk bukan hanya sekedar punk yang aku sering lihat. Dia bilang memang punk pertama dari fashion nya dulu, trus ke musik, trus ke ideologinya. Bener juga sih, aku tidak yakin semua anak punk yang taunya mohawk mengerti ideologi punk sebenarnya. Tapi arahnya pasti kesitu. ( cukup sederhana kan?)

Lalu aku mulai berpikir untuk mengenal punk lebih dalam. Untung saja, ada yang mau berteman dengan aku. Mulanya sih, aku mau cari bahan buat newsletter ku. Sekalian curi ilmu.

Ternyata�punk yang kuingin dekati memang seperti punk yang kuinginkan. Karena meskipun aku dulu anti punk, tapi tetap aja berharap punk tidak seperti yang kuduga. Alasannya punk, metal dan kawan-kawannya masihlah tetap satu komuniti underground yang sampai sekarang masih ku puja.

Tau tidak? Sejak McD ada, aku memang tidak suka. Karena aku pikir harganya terlalu mahal untuk ayam sekeras itu. Lagian makan di tempat junkfood kaya' gitu hanya untuk borju-borju sok. Lalu setelah kenalan dengan punk, setidaknya aku punya alasan kenapa aku tidak suka McD dan tambah tidak suka McD. Meskipun aku tidak menganggapnya propaganda. Toh hampir setiap temanku dari kalangan mainstream yang tau alasanku juga ikut-ikutan tidak makan di McD, tidak minum Coca-Cola dan anti Amerika. Hi..hi�hi

Yang membuatku takjub, apa yang seorang punk perjuangkan, kurang lebih sama dengan apa yang kuperjuangkan. Aku tidak suka apa aja yang tidak adil dan tidak manusiawi. Sejak kecil. Sampai Bapak dan guru sekolah dulu menyebutku pemberontak. Trus aku bisa dibilang punk donk. Ah..tunggu dulu. Justru karena aku terkagum-kagum dengan pandangan hidup punk dan segala perjuangannya itu. Aku malah makin takut jadi punk.

Untuk menjadi punk aku rasa butuh tanggung jawab yang besar. Bukan hanya meneriakkan ketidak puasan kita kemana-mana, ikut demo, sebar flyer. Ikut-ikutan nyetreet. Tapi lebih jauhnya lagi harus mempertanggung jawabkan punk itu sendiri terhadap diri kita sendiri. Sepunk apa kita untuk berteriak-teriak kalau kita punk. Sepeka apa kita pada diri sendiri dan lingkungan terdekat untuk mengklaim diri kalau kita begitu peduli. Untuk apa berteriak-teriak menganjurkan kiri kanan untuk mencegah polusi udara, sementara kita sendiri masih merokok. Membuat polusi dalam badan kita sendiri. Bagaimana mungkin memikirkan kelestarian lingkungan hidup dunia. Masih nonton televisi, memakai kendaraan, mana bisa begitu berteriak-teriak menentang kapitalisme. Bergantung pada orang tua yang pegawai negeri, pantas tidak berkoar-koar menjatuhkan pemerintahan, etc..etc... (sok tau ya..). Memang pemikiranku senaif itu.

Bukannya juga aku berharap seorang punk begitu sempurna. Aku tau seorang punk memiliki pandangan tentang punk itu sendiri. Mempunyai cara untuk membuat punk tetap ada. Seperti halnya aku. Aku memiliki pandangan sederhana, dan mengagumi.

Tentu saja aku belum bisa menerapkan punk dalam hidup dan pandangan hidupku. Sungguhpun sebagian besar kehidupan punk cocok dengan kehidupanku, utamanya dengan etos kerja D.I.Y. yang kental banget. Sementara aku masih seperti kebanyakan cewek lainnya. Berdandan manis, ikut acara keluarga. Kerja di industri kapitalis. Membuat komplotan cewek yang ingin menguasai dunia. Semua itu masih aku butuhkan dan belum bisa aku tinggalkan. Mana berani pake jins ketat, jaket kulit dan rambut di mohawk. Itu kan bisa merusak rambut. Ha..ha..ha.. (meskipun sampe sekarang aku masih berambisi untuk bertato). Aku lebih nyaman memakai jins atau celana kargo, kaos dan cardigan item kesayanganku. Aku harus merasa nyaman dengan apa yang kupakai dan apa yang kuinginkan. Bukan apa yang orang lain liat dan orang lain pikirkan. Aku masih lebih suka kalau hidupku tipikal bahagia dan berkecukupan. Just like that simple!

Kalau aku kagum sama punk. Aku hanya bisa setuju kalau punk itu harus menentang otoriter yang ada. Memperjuangkan nasib rakyat kecil, buruh, perempuan dan petani. Menentang dwi fungsi TNI. Peduli sama lingkungan. Mendukung pelestarian hewan. Aku setuju�setuju banget, lebihnya lagi mendukung dengan segala kemampuan yang aku punya. Walau kemampuan itu tidak maksimal aku gunakan.

Yang aku lakukan hanya sekecil-kecil yang dapat aku lakukan. Ya itu tadi. Hanya sebatas berjuang untuk diriku sendiri. Belum untuk orang banyak. Yang kuyakinkan sampai sekarang adalah. Bila suatu saat semua musuh tak dapat aku lawan dan makin menglobal, barangkali aku yang akan menglobal dan memanfaatkan musuh untuk kemenanganku. Aku tidak pernah menganggap diriku dieksploitasi oleh orang-orang yang kalian sebut kapitalis, moralis, dll�., tetapi aku yang akan menggunakan mereka untuk kepentinganku. Sekali lagi�kepentinganku�keinginanku!

Kalau aku tidak memakai produk yang menggunakan animal test, artinya bukan aku peduli sekali sama binatang yang dijadikan percobaan itu. Tapi aku lebih peduli pada diriku sendiri yang tidak mau jadi konsumen benda-benda menjijikkan itu.

Kalau aku tidak suka buang sampah sembarangan juga bukan berarti peduli banget dengan ozon yang bocor dan pencemaran lingkungan yang sangat parah akhir-akhir ini. Lebihnya, mataku memang tidak suka sesuatu yang 'berantakan'.

Kalau aku tidak suka TNI, bukan juga karena peduli pada nasib orang yang ditindas oleh TNI. Aku lebih suka beralasan kalau orang-orang TNI yang aku kenal itu semua sok jago dan suka memandang enteng perempuan.

Kalau aku suka nyetreet, ya karena aku kebetulan hobi nongkrong di jalan sejak kuliah dan memulai hidup mandiri 7 tahun lalu. Sekarang sih agak-agak repot karena ketimbang dingin-dinginan di luar, aku lebih suka diam membaca di kamar.

Kalau aku suka membaca bacaan punk, sama halnya aku suka membaca News Letter dan Zine metal, Femina, Hai, Tabloid Rock, Kariage, Kobo Chan, Kungfu Boy� Semua aku baca untuk memperluas pengetahuan dan wawasanku selain aku menganggap membaca itu hiburan utamaku.

Aku memang bukan punk, tapi aku peduli. Aku tidak perlu jadi punk agar dapat bertahan dengan pandangan-pandangan dan keyakinanku. Tak perlu jadi punk untuk belajar tentang punk. Tak usah jadi punk untuk ikut acara-acara yang dipenuhi sama anak punk. Aku percaya, tidak akan ada ruginya menjadi aku. Tak perlu juga memikirkan tujuan yang muluk-muluk untuk menjadi aku.

Itulah sebabnya aku kurang suka berdebat dan mengeluarkan pendapatku. Karena apa yang jalani lebih baik kalau tidak diikuti. Orang seperti aku kurang memiliki kepekaan selain keinginan untuk terus bertahan hidup di dunia keparat ini. Jadi apa-apa yang jadi keinginanku, aku tidak merasa orang lain harus setuju. Sebaliknya aku berusaha menghargai pendapat orang. Kalau aku tidak setuju, setidak-tidaknya aku tidak harus mengikuti kan?

Aku bukan punk. Meski aku merasa bukan anak metal. Aku tidak terlalu keberatan dipanggil metal. Aku memang suka segala sesuatu yang berbau musik metal karena hobby. Tapi sebaiknya jangan yaa� Panggil saja namaku. UNI�..

Setuju atau tidak, aku tidak suka memberi label pada diriku.

Kalau aku ikutan milis, ikutan diskusi, doyan menyimak setting demo, melahap bacaan-bacaan punk dan suka sama ideologi punk, berteman dengan kalian semua, tidak salah juga kan?

Aku menghargai semua itu. Kalau bisa, ingin rasanya terjun kedalamnya. Pengen ikut demo panas-panasan dan berorasi. Hafal semua band punk dan nyanyi sama-sama di bibir panggung. Sayangnya keterbatasanku tidak memungkinkan untuk itu. Lebih baik tidak daripada ikut-ikutan tapi tidak mampu.

Masih banyak yang ingin aku ketahui, selain punk atau underground. Masih banyak hal di dunia ini yang belum kujamah. Sangat kompleks memang! Juga tidak fokus. Tapi bisa jadi dengan begini malah tidak membebani.

Kalau nantinya ada yang bilang aku poser karena sikap apatis yang kontradiktif sama sikap simpatiku. Ya terserah saja� Aku bisa bilang, aku memang bukan punk. Tapi kalo ditanya tentang punk, aku juga tidak bego-bego amat, hihihi.

Aku bukan punk. Tapi tetap simpati sama punk. Tetap cayang sama semua teman punk ku. Luv yaa�. (nik...still bleeding!!!!)

 
  design and maintenance: infernalbeing